Selasa, 06 Oktober 2009

Rindu Dongeng


DIAM-diam, saya merindukannya. Sesuatu yang pernah memacu imajinasi untuk mengembara ke padang yang tak terjangkau langkah, di masa kecil. Yang membuat dunia lebih berwarna bukan oleh rangkaian gambar yang banal, tapi oleh nuansa warna yang beriak lembut tapi kadang mempunyai liukan yang mengejutkan.

Yang saya maksud adalah dongeng. Kisah pendek yang diceritakan ibu sebelum tidur di masa kecil dulu. Yang tanpanya, seakan tak lengkap sebuah malam. Yang bikin kita ketagihan sebelum menjemput mimpi di lelap tidur.
Dongeng yang selalu diceritakan ibu dulu mungkin bukanlah dongeng yang istimewa. Ibu bukanlah tipikal pendongeng yang baik. Kadang kosa katanya terbatas, atau untuk beberapa kali terpaksa mengulang dongeng yang sama. Tapi tetap saja, dongeng yang ia ceritakan menghadirkan pesona yang mengasyikan, yang menyenangkan, meski kadang saya sendiri tak selesai menyimaknya, karena telanjur lelap.

Sebuah dongeng, meski selalu punya struktur cerita yang sederhana, dengan karakter yang hitam putih seperti dalam kisah “Peucang jeung Ténggék”, atau “Sakadang Kuya jeung Monyét”, “Si Kabayan”, “Sangkuriang”, dll, tapi selalu memberi ruang untuk kita memperkayanya dengan imaji kita sendiri. Hal ini mungkin karena dongeng tersebut disampaikan dengan sangat personal, hanya untuk kita sendiri, dengan bahasa yang sederhana, dengan gambaran yang tidak rumit. Tapi karena itulah ia punya nilai kearifan dan ketulusan; sesuatu yang hilang dalam dongeng modern yang ditunjukkan oleh sinetron, yang ditonton anak kita sebelum tidur.

Apa daya, kini bagi sebagian besar dari kita, televisi telah merampas peran kita dalam ikut memperkaya imajinasi anak-anak. Kita seringkali merasa tak cukup waktu untuk menghantar anak kita tidur dengan kisah-kisah yang dipetik dari kekayaan budaya kita sendiri, yang kaya dengan kearifan kultural, dan mampu menempatkan kita sebagai sumber dari imajinasi, yang bisa kita pakai sebagai media untuk menyampaikan nasehat tentang berbagai hal tanpa akan terasa menggurui.

Dongeng, adalah media yang selalu bisa kembali kita pakai, untuk menanamkan pelajaran sederhana tentang makna kebaikan dan keburukan, tatakrama, dan berbagai hal yang kelak akan ikut membentuk perilaku dan watak anak kita sendiri, kalau kita mau. (Naz)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar