Selasa, 06 Oktober 2009

menujumu

kuburu dekatmu, kelebat paras di gemuruh silam cakrawala
awan hitam memusnahkan bayanganku dan di sepanjang jalan
bertumbuhan tiang-tiang kegelapan. Kupacu sisa nyawaku
tubuh yang bukan milikku selalu ingin menyeret ke arah berbeda
tapi menujumu bukanlah rindu yang sia-sia

kuburu adamu. Tawa orang-orang tak bernama di palung senja
bagai bubu. Cinta fakirku meliatkan ingatan untuk seluruh waktu
yang bukan milikku. Dan di seberang segala kemusnahan
setubuh sepimu adalah ketelanjanganku
di mana segenap keliaran tak terbinasakan

telah kulewati bekas telaga yang tak pernah usai itu
bangkai perahu kini dihuni beribu hantu. Lampu-lampu
menyimpan gerimis tak pernah lunas menyapu gelap
di ujung mabukku. Di nadiku seekor anjing menyimpan salaknya
saat sejenak kuserahkan letihku pada sebuah rambu
mungkin di situ pernah tergambar wajahmu, dengan tatapan aneh
ketika nyaris saja seluruh malam menampikmu sebagai ibu
ya, aku menujumu. Di sebuah mana kutahu kau akan selalu menunggu
dan sebagai penghiburan bagi cinta yang tak pernah bisa kumusnahkan kubayangkan kau tersenyum menggenapkan mimpi dan kegilaan ini
seperti sepi yang telanjur memiliki adaku

telah kulewati bekas belantara di mana kini tumbuh benih nyawa
dari sekumpulan iblis yang dulu berbaris di belakangku
mereka setia sebelum kibaran kutukmu membatukan berahiku
tak kudengar suara tambur. Kini tak kukenali keturunan mereka
yang kebuasannya semakin modern, dengan ketakutan
disembunyikan sempurna, di balik kilatan belati atau pistol
di samping kelamin. Telah kutanggalkan semua selain getar
di kilat mata debu. Dan di tiang-tiang kegelapan
kusimpan tanda, sepercik cahaya dari pendar mata anjing itu
sebelum ajalnya kusempurnakan sepenuh cintaku. Mungkin nanti
ada yang mencari jejakku, para pemuja atau para pembenci
biarkan mereka tahu, berabad lamanya kuburu hadirmu
melewati ketiadaan demi ketiadaan, dan kau tahu, Sumbi
betapa menyakitkan merindukanmu
dari sebuah dongeng panjang tentang kemalangan

kuburu kuburku. Kuburu makam terdekat dari perasaanku padamu
di bekas telaga ini, di antara bau tubuh para pelayat
aku serupa ikan dengan sirip yang terus tumbuh
sekaligus melukai sekujur hatiku, di mana gema nafasmu
tak juga reda membunuh dan melahirkanku


2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar