Selasa, 06 Oktober 2009

dil se*

setelah ledakan dan api membakar hangus raga kita
apakah kau masih merasa, debu yang bercampur
akan terus saling bertentangan? Cinta yang utuh
dalam dekapan sesaat itu, telah jadi gerbang untuk sebuah
lakon lain, mungkin sejarah panjang yang kelak tersurat
di puing salju, tercetak di lembar suhu yang melapis tembok beku
di udara pasar di mana setiap orang sempat kehilangan makna tegur sapa
di corong-corong suara setelah tak ada lagi ketakutan
untuk mengakui segala kealfaan

tak akan ada barisan yang lewat. Sebuah parade atau hymne
atau para pelayat. Hanya sepasang sayap untuk kemerdekaan
yang tak akan lagi dirisaukan. Di tanah-tanah pertaruhan telah terkubur
jasad kita yang lain. Dan nyanyian anak-anak di sebuah perayaan
akan sampai gemanya. Delapan bocah yang tak terlahirkan. Kain sari
yang akan tetap terlipat di awan sebuah stasiun pertemuan
dan tumpahan dua gelas teh panas di alir hujan. Gerincing gelang kaki
yang pernah kautanggalkan saat kaulewati tubuh-tubuh mongering
akan kaudengar kembali di antara lantun doa di kuil-kuil pengharapan

di deru darah lukamu sebuah perahu telah memilih kebebasan
tidak dengan seikat bom bunuh diri, tapi dengan tafsir lain yang hadir
saat sepi, saat pepujian dilangunkan, saat tak ada harap lain…


2002

*) judul sebuah film karya sineas India terkemuka Mani Ratnam (1998)

3 komentar:

  1. ternyata akang suka nonton film india juga ya?

    BalasHapus
  2. hehe, kalau filmnya bagus, kenapa nggak? dil se adalah film yang luar biasa...

    BalasHapus
  3. Naha geuning bisa sami kitu sareng abdi...
    Dil se adalah Film Favourite kuring atuh eta mah Kang...
    haha....
    Hebat lah...

    BalasHapus