Nazaruddin Azhar
di kelam kabut
telah kudengar keluhkesahmu.
Di reruncing jarum kompas yang liar
wajahmu tak pernah benar-benar bisa disamarkan waktu.
Adakah penjelasan atas segala yang tak terhindarkan?
seumpama rongga di kelam kabut, celah-celah di hatiku
terbuka bahkan untuk getar suara dari kepak sesayup gema
sepasang sayap letihmu sampai padaku
membawa serta asin udara lain
tapi aroma kematian lebih kekal dari perasaan apa pun
kita pernah memilih sepi sekedar untuk sembunyi. Tapi
bagaimana mungkin bisa kuhilangkan Sabtu
dari seluruh hari-hariku?
2005
Rabu, 09 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar