Rabu, 09 Desember 2009

Sekeping Uang Logam

Nazaruddin Azhar

sekeping uang logam

sekeping uang logam menandai kesementaraanku
saat warung-warung setengah terbuka melemparku
dengan cangkang gincu. Tawa perempuan
di balik batu akik membuat ngilu ruas jariku
o, gerinda mimpi yang kasar! Mereka menggerayang
ke balik celana jins bertambal wajah tuhan

tapi tak kutemukan desahmu di bokong perawan berseragam
di kerling para penghuni keisengan. Pada retakan angin
sajakku lebih dingin dari tiupan malam paling rawan.

ingin kujumpai kamu, dengan sekeping uang logam
yang gemerincing di antara ruas usiaku. Apakah kau
memasang tarif untuk sebuah kesetiaan?

dengarlah, tengah kusiulkan namamu untuk lelawa yang riang.
Kubungkukkan wujudku pada redup lampu
sambil kuciptakan gang-gang lain, jalan melingkar yang sedikit licin
untuk mencapaimu. Kau pun mungkin butuh variasi
saat harus melihat seseorang menghampirimu, bukan?

dan, wahai, yang bersekutu dengan arus sungai-sungai
kenapa pula kalian memanggilku dengan rintih temaram itu?


2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar